Mandataris Yang Dungu

Header Menu


Mandataris Yang Dungu

Senin, 22 April 2019


Controling mestinya menjadi suatu agenda yang terbuka untuk umum agar mahasiswa umum  bisa menyalurkan aspirasi ataupun saran dan kritik kepada para wakilnya di BEM mengenai hak-hak yang seharusnya mereka peroleh saat berada di kampus. Begitupun juga BEM selayaknya memandang Controling sebagai sarana untuk berkomunikasi dua arah dengan mahasiswa agar mereka tahu kinerja dan keadan BEM.

Sayangnya hal diatas tidak berlaku di BEM Amikom. Controling seolah menjadi ancaman tersendiri bagi wakil mahasiswa yang katanya penyambung lidah rakyat. Kemungkinan besar karena takut melencengnya mereka dari jalur yang benar terbongkar. Lihat saja, pada Controling 1 yang diadakan oleh SEMA mereka mangkir dari acara tersebut dengan dalih tidak sesuai AD/ART.

Menurut penafsiran BEM Pada Pasal 2 Ayat 4 yang berbunyi, " Sema berfungsi sebagai pengontrol dari BEM ". Artinya hanya Sema yang mengontrol BEM. Kalau dilihat pada tahun sebelumnya SEMA juga mengundang pimpinan LM untuk hadir dalam  Controling BEM.

Dan lebih parahnya lagi ada obrolan dalam grup PIPH BEM 2019 di Whatssapp yang mengatakan bahwa mengundang pimpinan LM adalah bentuk dari intimidasi. Dalam peristiwa ini sangat jelas dan gamblang bahwa BEM 2019 menunjukkan sikap anti kritik kepada rakyat yang-menurut klaim mereka-mereka wakili.

Katanya kita Keluarga Mahasiswa tapi kok gak mau berbaur dengan mahasiswa?

Seharusnya hal-hal diatas tidak perlu terjadi apabila BEM benar-benar melaksanakan tugas dan fungsinya dengan baik. Karena kita menganut sistem kekeluargaan bukankah seyogyanya kita menyelesaikan masalah secara kekeluargaan Dan mencari pemecahan masalah bersama, mengingat kita bukan Republik Mahasiswa (REMA).

Perlu digaris bawahi kekeluargaan bukan berarti tidak memenuhi ketetapan bersama yang dituangkan pada AD/ART. BEM merupakan miniatur dari negara, disana mahasiswa bisa belajar politik. Dengan begitu sebagai seorang mandataris sudah selayaknya terbuka dan mau mendengarkan suara rakyat, bukan malah justru menjadi orang dungu yang takut di kritik dan atau .

Kalau sudah begini, jangan heran bila berbagai kritik melayang ke BEM dikarenakan keluarnya BEM dari jalur yang benar. Toh, adanya kritik itu untuk perbaikan BEM ke depan. Jangan sampai mental antikritik yang sama sekali tak elegan itu membuat citra BEM di mahasiswa semakin memburuk dan malah merugikan mahasiswa itu sendiri.