Seorang istri bertanya kepada suaminya
“ Pah kenapa sih orang asing boleh investasi di Indonesia?, Apa engga takut kalo Indonesia nanti dikuasai?”.
Sang suami pun tersenyum mendengar pertanyaan itu, karena ini pertanyaan awam yang mungkin mayoritas penduduk negeri ini berpikiran seperti itu.
Suami mengatakan bahwa sekarang ini penerimaan negara itu bukan hanya dari SDA dalam bentuk bagi hasil tapi juga dari pajak. Saat ini 85,6% penerimaan negara itu dari pajak.”
“ Pajak apa aja.” tanya si istri
“ Ya pajak penghasilan atas perusahaan baik swasta , BUMN maupun Asing. Pajak penghasilan perorangan, Juga pajak penjualan, cukai dll. Hanya 15% penerimaan dari bagi hasil atas pengelolaan SDA berupa MINERBA dan MIGAS.
“ Kok kecil sekali bagi hasil SDA kita ? Tanya istri lagi.
“ Jangan dilihat dari bagi hasilnya tapi lihat secara keseluruhan dari penerimaan negara. Pertama, negara dapat pajak penghasilan 25% dari laba perusahaan. Kedua, para karyawan perusahaannya juga bayar pajak penghasilan. Ketiga , kalau mereka mendatangkan barang modal dari luar negeri, ya itu kena lagi pajak impor dan bea masuk. Keempat , kalau perusahaan belanja procurement, dikenakan lagi PPN. Kelima, belum lagi PEMDA dapat Pajak Daerah atas PBB.
“ Jadi pajak mulu dong???“ Kata si istri.
“itulah kenyatannya” Si suami pun tersenyum.
“ Tapi apakah mamah tahu bahwa sebesar 85,6% penerimana negara berupa pajak itu hanya berasal 9,7 juta dari 16,6 juta wajib pajak terdaftar. Kalau diukur dari jumlah penduduk 250 juta maka persentase yang memberikan kontribusi kepada negara secara langsung dalam bentuk pajak hanya 4% saja. "
" Jadi 96 % dari jumlah penduduk itu hanya beban negara."
" Ya, secara struktural memang negara kita itu besar pasak daripada tiang. Kalau pemerintah tidak smart bisa bubar negara ini seperti venezuela yang mata uangnya lebih berharaga tissue toilet".
“ Untuk apa aja penerimaan pajak. Toh kita masih saja berutang. “ kata si istri.
Kembali si suami tersenyum. Pertanyaan yang smart sekali,
“ Penerimaan pajak itu digunakan untuk belanja rutin seperti bayar pegawai dan bayar utang termasuk bunga dll. Jadi tidak seperti era dulu. Saat sekarang kita tidak lagi berhutang untuk belanja pegawai dan bayar utang".
“ Oh gitu. Jadi lama lama hutang bisa lunas, tapi mengapa harus utang lagi. kan itu sama saja gali lobang tutup loban “ Kata istri lagi.
“ Pemerintah hanya berhutang apabila penerimaan lebih kecil dari pengeluaran atau defist. Kalau tidak ada defisit ya kita engga perlu hutang. Nah karena sekarang ini kita masih defisit maka kita berhutang sebesar defisit itu..."
“ Mengapa defisit ? kata istri lagi
“ Ya kita defisit karena kita punya agenda pembangunan. Kalau kita engga punya agenda pembangunan yang engga akan defisit.
‘ Dan enggap perlu hutang lagi” sahutnyabdengan cepat dan smart.
“ Ya dan hanya masalah waktu kita bangkrut”
“ Kenapa bangkrut ?"
“ Karena setiap tahun pengeluaran terus bertambah sebagai akibat peningkatan jumlah penduduk, peningkatan angkatan kerja dan lain lain, sementara pertumbuhan ekonomi tidak ada, karena tidak ada agenda pembangunan. Ya lama lama makan tabungan dan akhir hidup segan mati ya pasti. Paham sayang..”
“ Paham. makanya harus utang. Karena uang yang ada udah habis untuk bayar pengeluaran rutin."
“ Selagi utang dipakai untuk produski berapapun utang engga ada masalah. Yang salah itu utang untuk konsumsi dan membiayai gaya hidup, gaji pegawai, subsidi demi pencitraan. Nah itu dosa. Itu engga amanah namanya.”
“ Sampai kapan terus begitu? terjebak utang?"
“ Sayang, fitrah manusia itu adalah berkembang. Bukan soal ngumpulin harta tapi soal tanggung jawab menjalankan agama agar kita semakin banyak manfaatnya bagi orang lain. Dengan ekonomi berkembang semakin banyak membuka kesempatan kerja, semakin besar penerimaan pajak, semakin besar memberikan peluang usaha bagi orang lain dan semakin besar kemampuan APBN membiayai tanggung jawab sosialnya. Pahamkan sayang..”
“ Sekarang mama paham. Jadi negara itu seperti papah lah. Engga pernah berhenti mikirin ngembangi usaha dan cari utang sampai keluar negeri. Sebetulnya bisa aja engga perlu utang lagi asalkan engga lagi mikir untuk berkembang”.
“ Pekerjaan tersulit itu berhutang, sayang. Karena bukan hanya rencana usaha harus bagus, akhlak kita juga harus bagus. Kalau engga siapa yang mau kasih utang, saudara bukan, keluaga bukan, apalagi orang asing. Dan setelah berhutang bukannya happy tapi harus kerja keras dan efisien agar bisa bayar utang dan utang lagi. Sekali gagal bayar utang, tamatlah.
“ Ya tahu lah.."
Bersambung...