Presma Kok Ngampanyein Parpol Praktis

Header Menu


Presma Kok Ngampanyein Parpol Praktis

Minggu, 14 April 2019



Related image

Presiden Mahasiswa (Presma) adalah representasi dari kepemimpinan Badan Eksekutif Mahasiswa dimana dia dipilih melalui pemilihan langsung mahasiswa dan dipandang sebagai wakili seluruh mahasiswa  yang berada di kampus tersebut. Dengan memegang teguh fungsi mahasiswa sebagai agent of change, agent of balance dan agent of control mahasiswa diharapkan bisa menjadi pahlawan bagi kaum tertindas.

Akhir- akhir ini seorang mahasiswa yang menjabat sebagai presiden mahasiswa gencar mengkampanyekan parpol praktis dan paslon presiden dalam story WA pribadinya. kalo dari penelaahan hak dan kebebasan, mahasiswa tersebut tidak salah, karena setiap warga negara  mempunyai kebebasan untuk mengemukakan pendapat pribadinya ke muka umum. dan media yang digunakan pun media pribadinya sendiri.



Tapi disisi lain dia adalah seorang presma, dia mewakili suara mahasiswa yang berada di lingkup kampus dimana ia bernaung. Sangat tidak etis jika seorang mahasiswa yang memiliki peran sebagai agent of control malah ikut serta dalam partai politik praktis. Dan idealisme mahasiswa perlu dipertanyakan jika dia sudah menjadi simpatisan atau bagian dari politik praktis.

Dalam AD/ART  BEM pun tidak ada larangan bagi seorang presma untuk membuat story WA tentang parpol. tapi perlu diperhatikan dalam story itu berisi penggiring pembaca story untuk memilih salah satu paslon.

 Mantan wakil presiden mahasiswa periode 2017/2018 melontarkan kritikan melalui story wa pribadinya seperti gambar berikut.


Dan penulis belum mengetahui apakah kejadian ini sudah diketahui mahasiswa umum atau belum, mengingat dia hanya membuat story di wa pribadinya dan tentu yang bisa melihat hanya orang yang menyimpan nomer orang nomer satu di dikampusnya tersebut.


Perpolitikan di dalam kampus swasta ini jauh dari kata ideal, oleh karena itu kita sebagai mahasiswa dikampus ini harus kritis terhadap lingkungan sekitar, termasuk Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM). Berthold Brecht (1898 – 1956), seorang penyair Jerman, yang juga dramawan, sutradara teater, dan marxis, nasehatnya penting untuk kita renungkan;

"Buta yang terburuk adalah buta politik, dia tidak mendengar, tidak berbicara, dan tidak berpartisipasi dalam peristiwa politik. Dia tidak tahu bahwa biaya hidup, harga kacang, harga ikan, harga tepung, biaya sewa, harga sepatu dan obat, semua tergantung pada keputusan politik. Orang yang buta politik begitu bodoh sehingga ia bangga dan membusungkan dadanya mengatakan bahwa ia membenci politik. Si dungu tidak tahu bahwa dari kebodohan politiknya lahir pelacur, anak terlantar, dan pencuri terburuk dari semua pencuri, politisi buruk, rusaknya perusahaan nasional dan multinasional yang menguras kekayaan negeri."

Dengan adanya kejadian seperti itu fungsi mahasiswa sebagai agent of change, agent of balance dan agent of control mulai diragukan, kalian  bisa lihat sendiri orang-orang yang sudah berada dalam lingkaran parpol. dan pada akhirnya mereka (mahasiswa yang menjadi simpatisan atau bagian dari parpol) bergerak bukan karena kepentingan rakyat, tapi kepentingan politik dan kaum konglomerat.